Selasa, 05 April 2016

Masalah Serius Pengangguran Terdidik


KAMIS, 29 September 2014, Harian Kompas menurunkan berita tentang angka pengangguran di Indonesia. Disebutkan saat ini ada lebih 600 ribu lulusan perguruan tinggi di Indonesia menganggur alias tidak bekerja. Sebagian besar mereka atau 420 ribu orang dari jenjang pendidikan S1 dan sisanya diploma.

Sedangkan Badan Pusat Statistik per Februari 2014 menyebutkan pengangguran terbuka lulusan universitas di Indonesia berjumlah 398.298 orang atau 4,31 persen dari total pengangguran terbuka yakni sebanyak 7.147.069 orang (Kompas, 30 September 2014).


Angka ini jelas sudah dalam jumlah yang mesti diperhatikan betul dan merupakan masalah serius. Terlebih dikarenakan kurang tiga bulan lagi kita akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, tentu masalah pengangguran di Indonesia menjadi sangat urgen dan perlu diperhatikan.

Tentu tidak diinginkan warga Negara Indonesia tergilas dalam persaingan tenaga kerja Masyarakat Ekonomi ASEAN. Juga sangat tidak dikehendaki masyarakat Indonesia menjadi budak di negeri sendiri ketika kenyataannya sumber daya manusia bangsa ini tidak mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain yang tergabung dalam komunitas ASEAN.
Hal itu jelas merupakan ancaman serius, sebab selain tingkat demografi kita tertinggi di antara negara-negara yang bergabung dalam ASEAN, jumlah pengangguran juga sangat tinggi dan di antaranya justru pengangguran terdidik yang sudah bergelar sarjana atau diploma.


Kenapa itu bisa terjadi? Ada banyak sekali hal yang menjadi problem kenapa bisa terjadi ledakan angka pengangguran di Indonesia.  Salah satunya jumlah lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah calon tenaga kerja, sehingga persaingan antarcalon tenaga kerja kian ketat dan akhirnya lebih banyak tidak diterima bekerja daripada yang diterima. Ditambah lagi tingkat kompetensi sumber daya manusia yang boleh dibilang Indonesia masih sangat kekurangan ahli dalam bidang-bidang tertentu. Masih sedikit sumber daya manusia Indonesia yang memiliki daya saing didukung keahlian yang membuatnya siap berkompetisi.


Permasalahan di atas mungkin masih mending karena saat ini Indonesia belum dihadapkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persaingan masih terbatas pada sumber daya manusia lokal, paling pun sebatas provinsi. Namun, jika Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah mulai dilaksanakan, para pencari kerja kita harus bersaing dengan tenaga ahli dari Singapura, Malaysia, Vietnam, dan lain-lain. Siapkah kita menghadapi ini?

Kembali pada masalah banyaknya pengangguran terdidik di Indonesia, penyebab lain terjadinya ledakan pengangguran terdidik dan kurangnya tenaga ahli di Indonesia boleh jadi karena minimnya wawasan masyarakat dalam menentukan pilihan jurusan saat kuliah.


Kurang Wawasan Profesi
Misalnya program studi pendidikan yang kini sedang diminati banyak orang, banyak pula yang berbondong-bondong masuk ke fakultas pendidikan, demikian juga fakultas ekonomi untuk menjadi akuntan. Di kampus tempat penulis kuliah misalnya, pendidikan dan ekonomi adalah dua fakultas yang sangat populer, jumlah mahasiswanya pun jauh lebih banyak dibandingkan fakultas lain.


Hasilnya, setiap tahun ribuan sarjana pendidikan dicetak, sedangkan jumlah sekolah tak kunjung bertambah dalam sepuluh tahun terakhir dan setiap tahun hanya sedikit guru yang pensiun. Ditambah lagi sedikit sekolah yang membuka lowongan pekerjaan sebagai guru, ujung-ujungnya menganggur dan menunggu seleksi calon pegawai negeri sipil. 


Padahal ada banyak sekali lapangan pekerjaan membutuhkan tenaga ahli pada bidangnya masing-masing, tapi sayang sumber daya manusia Indonesia belum cukup mampu untuk berpikir demikian. Sebagian besar hanya memilih jurusan berdasarkan passange grade atau kepopuleran semata.


Pembukaan program studi juga sudah semestinya diperhitungkan sesuai kebutuhan. Misalnya, perguruan tinggi mesti membatasi jumlah mahasiswa dalam suatu jurusan karena jika berlebihan hanya akan menimbulkan gelombang pengangguran. Sementara itu, lembaga pendidikan tinggi terkesan kurang mempersiapkan lulusannya untuk bersaing di pasar kerja, terlebih di pasar kerja ASEAN.


Karenanya, Ditjet Pendidikan Tinggi Kemendikbud telah mempersiapkan program student mobility dengan sistem alih kredit. Mahasiswa bisa kuliah di perguruan tinggi negara-negara ASEAN selama satu semester atau lebih dan perolehan kreditnya diakui. Juga ada siswa uji kompetensi tenaga kesehatan seperti perawat, dokter, bidan, untuk memiliki kompetensi bersaing dengan tenaga kesehatan dari negara asing.


Tentu hal ini patut kita apresiasi sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap ancaman serius angka pengangguran terdidik serta Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Namun, pelaksanaannya harus diawasi agar tepat sasaran, tidak dijadikan proyek-proyek menyimpang seperti yang lainnya. Tentunya ini demi masa depan bangsa dan kesejahteraan masyarakat.

Juga perlu adanya perubahan orientasi pada perguruan tinggi agar tidak hanya menghasilan lulusan yang siap bekerja atau siap menjadi karyawan. Perlu ada pengembangan pola pendidikan yang menyatukan keterampilan, entrepreneurship, akademis dan karakter, serta pemusatan arah dan tujuan pendidikan dalam menyiapkan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan permintaan.
Pendidikan mestinya tidak mengarahkan sumber daya manusia untuk menjadi sekadar pekerja, tapi juga menciptakan ahli-ahli pada bidangnya masing-masing sehingga setiap anak memiliki keterampilan atau keahlian kelas dunia.
(Oleh: Nur Akmal) Penulis alumnus FKIP UMSU, berprofesi sebagai guru


Kita masih banyak terjebak pada pilihan-pilihan profesi yang umum dan populer, serta cenderung abai, apatis dan skeptis pada berbagai pekerjaan lain yang kurang populer. Semua berbondong-bondong memilih fakultas atau jurusan yang sedang tren di masyarakat dan diminati. Bahkan tanpa tahu dan peduli apakah jurusan itu benar-benar bidang kita atau tidak, sesuai minat dan bakat yang Tuhan berikan pada kita atau tidak, yang penting populer dan katanya mudah mendapat pekerjaan.

Dengan begitu, kita telah menciptakan generasi yang akan mampu bersaing. Semoga ke depan kita tidak tergilas persaingan bebas yang kini tengah mengancam. 



Diskusikanlah bersama temanmu!
1. Identifikasi permasalahan – permasalahan yang ada pada artikel di atas!
2. Langkah apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengurangi pengangguran yang terjadi pada artikel di atas!
3. Buatlah kesimpulan dari artikel di atas!

9 komentar:

  1. 1. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia, pembukaan program studi tidak diperhitungkan sebagai kebutuhan, banyaknya pengangguran yang dari S1 atau diploma, tidak adanya pendidikan karakter pada universitas, universitas atau perguruan tinggi tidak menciptakan ahli-ahli pada bidangnya, banyak mahasiswa yang masuk jurusan perguruan tinggi hanya ikut tren karena takut tidak mendapatkan peluang pekerjaan
    2. Pemerintah seharusnya memperbanyak lowongan pekerjaan dan sebandin dengan jumlah calon tenaga kerja, namun jangan terlalu diperketatkan saat calon tenaga kerja melamar pekerjaan tersebut
    3. Kesimpulannya adalah banyak pengangguran yang dari S1 maupun D3 dikarenakan kemampuannya dan tidak tersedianya lapangan kerja. Banyak juga orang yang masuk jurusan hanya karena jurusan tersebut menjadi tren bukan karena minat dan bakat.

    BalasHapus
  2. 1. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia, pembukaan program studi tidak diperhitungkan sebagai kebutuhan, banyaknya pengangguran yang dari S1 atau diploma, tidak adanya pendidikan karakter pada universitas, universitas atau perguruan tinggi tidak menciptakan ahli-ahli pada bidangnya, banyak mahasiswa yang masuk jurusan perguruan tinggi hanya ikut tren karena takut tidak mendapatkan peluang pekerjaan
    2. Pemerintah seharusnya memperbanyak lowongan pekerjaan dan sebandin dengan jumlah calon tenaga kerja, namun jangan terlalu diperketatkan saat calon tenaga kerja melamar pekerjaan tersebut
    3. Kesimpulannya adalah banyak pengangguran yang dari S1 maupun D3 dikarenakan kemampuannya dan tidak tersedianya lapangan kerja. Banyak juga orang yang masuk jurusan hanya karena jurusan tersebut menjadi tren bukan karena minat dan bakat.

    BalasHapus
  3. 1. menurut artikel diatas, terdapat banyak permasalahan. diantaranya:
    - Indonesia memiliki penduduk yang berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan lapangan kerja yang disediakan. oleh karna itu banyak penduduk indonesia yang menjadi pengangguran.
    - di Indonesia juga masih butuh wawasan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusianya. agar, penduduk indonesia lebih berwawasan.
    - Mayoritas mahasiswa di Indonesia memilih jurusan yang tidak sesuai dengan intelektual yang mereka punya. memilih jurusan hanya memandang banyak atau tidaknya peminat. bukan dari kemampuan mereka sendiri.

    2. pemerintah sebaiknya menyediakan lapangan kerja yang sesuai dengan jumlah penduduk di Indonesia.

    3. kesimpulannya, kita harus memiliki wawasan yang banyak agar kita mempunyai kemampuan yang lebih untuk memilih pekerjaan. dan juga kita lebih baik memilih jurusan sesuai dengan kemampuan kita.

    BalasHapus
  4. 1. - lulusan perguruan tinggi di indonesia kebanyakan yang menganggur atau tidak bekerja.
    - kurangnya wawasan profesi.
    - jumlah lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah calon tenaga kerja.
    2. - Perlu ada pengembangan pola pendidikan yang menyatukan keterampilan, entrepreneurship, akademis dan karakter.
    - menciptakan ahli-ahli pada bidangnya masing-masing.
    - perlu adanya perubahan orientasi pada perguruan tinggi agar tidak hanya menghasilan lulusan yang siap bekerja atau siap menjadi karyawan.
    3. pengangguran di Indonesia saat ini ada lebih 600 ribu lulusan perguruan tinggi di Indonesia menganggur alias tidak bekerja. Sebagian besar mereka atau 420 ribu orang dari jenjang pendidikan S1 dan sisanya diploma. semoga kedepannya pengangguran di indonesia dapat berkurang.

    BalasHapus
  5. 1. - Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia
    - Masuk jurusan hanya karna tren semata
    - Ekonomi di indonesia

    2. - Meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan
    - Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
    - Meningkatkan semangat kerja

    3. Kesimpulannya :
    Angka pengangguran di Indonesia. Disebutkan saat ini ada lebih 600 ribu lulusan perguruan tinggi di Indonesia menganggur alias tidak bekerja. Sebagian besar mereka atau 420 ribu orang dari jenjang pendidikan S1 dan sisanya diploma. Ada banyak sekali hal yang menjadi problem kenapa bisa terjadi ledakan angka pengangguran di Indonesia. Salah satunya jumlah lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah calon tenaga kerja, sehingga persaingan antarcalon tenaga kerja kian ketat dan akhirnya lebih banyak tidak diterima bekerja daripada yang diterima. penyebab lain terjadinya ledakan pengangguran terdidik dan kurangnya tenaga ahli di Indonesia boleh jadi karena minimnya wawasan masyarakat dalam menentukan pilihan jurusan saat kuliah.

    setiap tahun ribuan sarjana pendidikan dicetak, sedangkan jumlah sekolah tak kunjung bertambah dalam sepuluh tahun terakhir dan setiap tahun hanya sedikit guru yang pensiun. Ditambah lagi sedikit sekolah yang membuka lowongan pekerjaan sebagai guru, ujung-ujungnya menganggur dan menunggu seleksi calon pegawai negeri sipil.Padahal ada banyak sekali lapangan pekerjaan membutuhkan tenaga ahli pada bidangnya masing-masing, tapi sayang sumber daya manusia Indonesia belum cukup mampu.

    (Aini & Ailsa)


    BalasHapus
  6. Haloo kakaaa...!! Makasih ya blog nya membantu bgt buat ngerjain tugas sekolah. Kita izin copy paste bog nyaa ya ka.. Dan kita jg udh jawab soal-soal di blog kaka

    BalasHapus
  7. kelompok Neva dan Aisyah kelas 8 :

    1.a. banyak sarjana di INA masih belum mendapat pekerjaan
    b. kurangnya wawasan profesi di INA
    c. kebanyakan mahasiswa/i masuk ke jurusan yang tidak sesuai dengan bidangnya
    d. kurang nya ahli dalam bidang bdang tertentu
    e.Masih sedikit sumber daya manusia Indonesia yang memiliki daya saing dukung
    f. pengangguran terbuka lulusan universitas di Indonesia berjumlah 398.298 orang atau 4,31 persen dari total pengangguran terbuka yakni sebanyak 7.147.069 orang

    2.a.menambah lapangan kerja
    b. mempermudah informasi tentang lowongan kerja
    c. mengarahkan para lulusan SMA agar tidak salah mengambil bidang
    d. jangan terlalu mengikuti zaman

    3.banyak orang di INA yang salah mengambil jurusan ia hanya mengikuti apa yang terkenal pada zaman itu, dan pada akhirnya pekerjaanya tidak sesuai dengan bidangnya dan jadilah pengguran. (-=

    sapa: hi kakak makasi buat blognya tapi pertannyannya susah banget, kakak umurnya berapa, asalnya dimana, sekolah diman kak, TONGHILAPNNYA !!!!!!

    BalasHapus
  8. Halo Kak Astuti yang setia bantuin tugas tugas ekonomi aku setiap harinya. Kak Astuti pinter banget deh, gimana sih caranya sepinter Kak Astuti. semoga aku bisa pinter kaya Kak Astuti setelah baca artikel ini. langsung ajadeh jawab pertanyaan di setiap artikel nya
    1. - kurangnya lapangan pekerjaan dibandingkan mahasiswa
    - kurangnya keemampuan mahasiswa di indonesia dalam bidangnya sehingga tidak dapat bersaing di ekonomi ASEAN
    2. - pemerintah harus pintar pintar menunjukan jurusan yang tepat untuk mahasiswa dan memberikan bimbingan dalam pekerjaan
    3. pokoknya banyak mahasiswa yang salah mengambil jurusan sehingga pengangguran banyak di indonesia

    maaf ya kak aku sibuk, mau pramuka salam #firdapramuka
    safina zahwa dan rahma pia

    BalasHapus