Senin, 12 Desember 2016

"MENIKMATI MANISNYA MANISAN PALA KHAS BOGOR"

PART 3

“Makanan khas suatu daerah erat kaitannya dengan keadaan masa lalu masyarakat yang tinggal di daerah tersebut, melestarikan makanan khas daerah sama saja dengan melestarikan sejarah daerah tersebut”
***
Selain menelusuri sejarah kerajaan Tarumanegara kami juga mengunjungi  home industry  manisan pala. Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi (wikipedia).

Manisan pala merupakan salah satu kuliner sekaligus oleh-oleh khas kota hujan. Buah pala dijadikan manisan dalam bentuk basah dengan siraman air gula maupun kering dengan baluran gula pasir halus. Manisan pala dapat ditemukan di toko kue atau toko oleh-oleh yang banyak terdapat di sekitar Baranang Siang, Pajajaran atau Pasar Dramaga yang merupakan sentral pembuat manisan pala. Hari ini kami berkesempatan mengunjungi produksi manisan pala yang ada di daerah Pasar Dramaga 

"MOSELEUM VAN MOTMAN, PENINGGALAN SI TUAN TANAH"

PART 2

“Menyusuri lorong waktu, melintasi ruang dan waktu dengan mengunjungi situs-situs sejarah. Biarkan imajinasi kita masuk kedalam situs-situs tersebut, dan seraya kita kembali ke masa lalu.”
***
Kami juga mengunjungi Situs cagar budaya Moseleum Van Motman yang terletak di Kampung Pilar, Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Situs ini tidak berkaitan dengan kerajaan Tarumanegara tetapi memiliki keterkaitan dengan sejarah Bogor.

(Moseleum  Van Motman)
Moseleum adalah sebuah komplek pemakaman yang diduga didirikan pada tahun 1811. Van Motman adalah nama keluarga yang diambil dari nama Gerrit Willem Casimir (GWC) Van Motman. GWC lahir di tahun 17 Januari 1773 dan wafat di tahun 25 Mei 1821. Namanya tidak bisa dilepaskan dari sejarah Bogor karena ia pada masanya merupakan manusia terkaya di wilayah Kota Hujan ini.

Bangunan tersebut meniru arsitektur Gereja Santo Petrus, pembangunannya menggunakan bahan-bahan impor yang mahal dari Italia, bangunan ini sangat megah pada masanya, namun sayang marmer-marmer berharga yang melapisi bangunan ini pun sudah raib oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab.

Seharusnya di dalam Moseleum Van Motman ini terdapat empat mumi atau jenazah yang diawetkan dalam peti kayu bertutup kaca, namun saat ini sudah tidak ada lagi karena penjarahan besar-besaran terhadap situs ini di masa lampau.

Saat ini kondisinya seperti bangunan rusak tanpa nilai. Meskipun demikian, masih tersisa sedikit dari apa yang ada di masa lalu yang dapat kita jadikan sebagai bahan pembelajaran untuk kehidupan yang akan datang.

“JELAJAH KERAJAAN TARUMANEGARA”

PART 1

“Kalian tahu ketika suatu tempat kosong?
Ditempat itu dahulu penuh dengan kehidupan yang bersemangat.
Marilah kita menembus lorong waktu
Kita jelajahi masa lalu dan biarkan mereka hidup.
Ambillah makna dari kehidupan tersebut.”

***
Senin, 12 Desember 2016.
Perjalanan dimulai pukul 06.15, suasana jalanan hari ini nampak lebih lengang dibandingkan hari biasanya karena hari ini merupakan tanggal merah yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tanggal merah tak menyurutkan niat kami untuk menelusuri sejarah kerajaan yang dahulu pernah berkuasa di tanah Bogor.

Tujuan pertama kami adalah Prasasti Jambu, akses jalan menuju prasasti belum terfasilitasi dengan baik, mobil yang kami tumpangi hanya mengantarkan kami sampai batas jalan yang dapat dilalui mobil, kami harus meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri tanah merah yang semalam baru saja diguyur hujan.